Pekanbaru, INFO_PAS – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Pekanbaru kembali mencatat prestasi membanggakan.
Melalui kegiatan pembinaan kemandirian Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), Lapas ini sukses memproduksi telur ayam sebanyak 300 butir per hari dari unit peternakan ayam petelur internal.
Capaian ini menjadi bukti nyata kontribusi Lapas Pekanbaru dalam mendukung program ketahanan pangan nasional sekaligus membekali WBP dengan keterampilan produktif untuk bekal hidup setelah bebas.
Kepala Lapas Pekanbaru, Yuniarto, menjelaskan bahwa program peternakan ayam petelur ini merupakan bagian dari implementasi Asta Cita Presiden Republik Indonesia serta 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan.
“Pembinaan kemandirian kami fokuskan pada sektor agrobisnis, termasuk peternakan ayam petelur, untuk menciptakan nilai tambah bagi WBP. Saat ini, produksi harian mencapai 300 butir, meningkat dari 210 butir pada Januari lalu berkat optimalisasi pakan dan perawatan yang dilakukan langsung oleh WBP,” ujar Yuniarto, Jumat (10/10).
Kegiatan ini melibatkan puluhan WBP yang dilatih secara bertahap mulai dari pemeliharaan ayam, pengumpulan telur, hingga proses pengemasan.
Hasil produksi tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Lapas, tetapi juga dipasarkan ke masyarakat melalui kerja sama dengan mitra eksternal.
“Kami menggandeng pihak ketiga untuk memasarkan hasil produksi agar memiliki nilai ekonomi dan menjangkau pasar lokal. Hal ini juga menumbuhkan motivasi bagi WBP untuk belajar manajemen usaha secara nyata,” tambah Kepala Seksi Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Pekanbaru, Jefriandy Gultom.
Capaian ini melengkapi berbagai inisiatif Lapas Pekanbaru dalam bidang ketahanan pangan, seperti penaburan bibit ikan patin pada Februari lalu yang turut dihadiri Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau, Maizar.
Program peternakan ayam petelur terbukti memberikan manfaat nyata, baik bagi kesejahteraan WBP maupun bagi masyarakat sekitar melalui distribusi sebagian hasil panen.
Kalapas Yuniarto menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya berorientasi pada hasil produksi, melainkan juga pada transformasi perilaku dan kemandirian ekonomi WBP.
“Dengan lahan yang terbatas, kami menerapkan sistem kandang modern untuk efisiensi. Harapannya, keterampilan yang diperoleh dapat diaplikasikan oleh WBP setelah bebas nanti, sehingga mereka mampu berkontribusi pada ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Ke depan, Lapas Pekanbaru berencana memperluas program kemandirian dengan diversifikasi usaha, di antaranya integrasi dengan budidaya hidroponik nanas madu dan sayur pakcoy yang telah berhasil panen perdana pada Juni lalu.
Keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi Lapas lainnya di Riau, sekaligus membuktikan bahwa pembinaan Pemasyarakatan mampu berjalan seiring dengan agenda nasional dalam mewujudkan masyarakat mandiri dan produktif.

